Sabtu, 28 Mei 2011

KOMPOR CINTA UNTUKMU

awas meleduk...!!! <(^_^)>
Saat ini banyak lelaki yang menunda menikah karena ingin mengejar karir. Salah satu contohnya adalah Ruhut Nazaruddin. Begitu sibuknya sampai ia lupa bahwa usianya sudah kepala empat namun ia masih lajang. Saat ada kejadian besar dalam hidupnya yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) baru ia tersadar bahwa dirinya belum berkeluarga. Menyadari hal itu akhirnya ia mengiklankan dirinya melalui salah satu biro jodoh.

Iklan yang ia pasang bunyinya begini:

Seorang lelaki usia 41 tahun, baru saja terkena PHK, blasteran Batak-Jawa, tinggi 170 cm, kulit sawo matang, wajah lumayan.

Mencari seorang istri dengan kriteria: cantik, suku apa saja, usia tidak lebih dari 30 tahun, kulit putih mulus, berat badan ideal, diutamakan model atau artis, bersedia membiayai hidup suami, bersedia memberikan modal kerja pada suami, bila suami menikah lagi harus ikhlas dan membiayai semua biaya pernikahnnya.

Bila Anda berminat, segera kirimkan lamaran ke biro jodoh ini. Hanya yang memenuhi syarat yang di seleksi.(jamilazzaini.com)

satu kata buat dia....WEDEW...........:D

IBROH

janganlah menunda-nunda nikah dengan alasan pingin punya ini-itu dulu, padahal kita tidak tahu Rizqi kita seberapa. segeralah menikah dan tetap berikhtiyar dengan sungguh-sungguh dalam mencari rizqi & seberapapun pendapatanmu maka jangan pesimis untuk menikah. carilah istri yang shalihah. Yakinlah akan kabar gembira dari Alloh swt.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32)

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)


PERINGATAN

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

BONUS

“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)

PERTIMBANGAN

menunda Menikah:

1- Belum terbebani oleh kewajiban pernikahan yang memang tidak mudah.
Dengan menunda beban seseorang masih ringan, belum berat karena dia belum memikul apa yang semestinya dipikul sebagai konsekuensi dari pernikahan yang dipilihnya, sehingga waktu, tenaga, pikiran dan mungkin fulusnya bisa dialokasikan ke lahan lain yang bermanfaat, misalnya dicurahkan untuk menuntut ilmu atau untuk berkeliling negeri berdakwah kepada Allah, ini mungkin dia lakukan karena dia belum disibukkan oleh urusan pernikahan dengan beban-bebannya.

2- Berat dan sulit menghadapi godaan kepada yang tidak baik.
Lebih-lebih di zaman di mana mendapatkan keburukan justru lebih mudah daripada mendapatkan kebaikan, arus keburukan begitu kuat, dominasinya menyebar luas, magnetnya lebih agresif dibanding dengan besi berani, hanya dengan iman kokoh ia bisa ditepis, tetapi terkadang iman pun bisa melemah tanpa ditunjang dengan sarana yang mengokohkannya, dan sarana ini adalah pernikahan.

3- Tertundanya menikmati kehidupan pernikahan.
Dengan asumsi umurnya adalah enam puluh lima tahun, seandainya dia menikah dalam usia tiga puluhan seperti yang umum terjadi di masyarakat saat ini, maka dia menikmati usia pernikahan selama tiga puluh lima tahun, itu pun tidak semuanya dia nikmati, karena biasanya begitu memasuki usia empat puluhan seseorang sudah tidak seperkasa ketika usianya masih tiga puluhan atau di bawah itu, malah kadang-kadang beberapa penyakit sudah mengintainya.

4- Tertundanya mendapatkan penenang jiwa yaitu anak.
Akibatnya ketika bapak atau ibu sudah memasuki usia senja, si anak belum dewasa, belum mandiri atau belum mentas alias masih bergantung kepada orang tua, pada saat orang tua sudah keburu tua dan sudah melewati masa puncak karir pekerjaan. Anggaplah dia menikah dalam usia tiga puluh lima, pada saat dia pensiun, pensiun umumnya dalam usia lima puluh lima, si anak masih usia lima belas, kelas tiga SMP atau kelas satu SMA, ini anak pertama, belum adik-adiknya yang menyusul kemudian.

5- Memperlambat pertumbuhan umat Islam.
Karena tertunda mendapatkan anak, maka secara otomatis hal tersebut tidak menunjang pertumbuhan umat Islam, dalam usia yang memasuki masa senja kemampuan produksi suami istri menurun, akibatnya anak pun harus dibatasi, maka terbataslah jumlah umat Islam karenanya.


menyegerakan menikah:

1- Terbebani oleh kewajiban pernikahan.
Tetapi beban tersebut jika dijalankan dengan keikhlasan maka ia tidak terasa sebagai beban, anggap sebagai penyeimbang, ada untung ada rugi, ada enak ada tidak enak dan hal itu sebanding bahkan enaknya lebih besar, lebih dari semua itu adalah pahala dari pelaksanaan terhadap beban tersebut. “Sesunguhnya kamu tidak memberikan suatu nafkah yang dengannya kamu berharap wajah Allah kecuali kamu meraih pahala karenanya sampai apa yang kamu letakkan di mulut istrimu.” (Muttafaq alaihi).

2- Terbentengi dalam batas tertentu dari godaan kepada yang tidak baik.
Karena dia telah mempunyai yang halal, itu lebih dari cukup baginya sehingga dia tidak perlu menengok dan mencari yang haram. Dalam batas tertentu, karena sebagian orang sudah terbentengi dengan pernikahan tetapi dia justru merobohkan benteng ini dengan mencaplok apa yang bukan haknya. Memang semuanya kembali kepada iman seseorang. Namun alangkah baiknya jika iman ditopang dengan benteng dan benteng pun dilandasi dengan iman.

3- Menikmati kehidupan pernikahan lebih awal.
Jika Anda menikah dalam usia dua puluhan, taruhlah dua puluh lima tahun seperti Rasulullah saw, usia di mana seorang pemuda atau pemudi berada dalam puncak kenikmatan pernikahan, maka kenikmatan pernikahan atau bulan madu akan sangat terasa sekali dan itu berlangsung lebih lama, hal ini jelas karena Anda menikah lebih awal maka kenikmatan pernikahan Anda rasakan lebih awal pula dan lebih panjang.

4- Mendapatkan penenang jiwa lebih awal.
Dan pada saat anak benar-benar memerlukan dukungan Anda, Anda tetap mampu mendukungnya dengan tegar, karena pada saat itu usia Anda belum tua, Anda sedang berada dalam puncak karir kehidupan, dan anak mulai mandiri seiring Anda memasuki usia senja, Anda menikmati masa senja tanpa diribeti dengan urusan anak yang belum juga mentas.

5- Mempercepat pertumbuhan umat Islam.
Karena peluang memperoleh anak dan dalam jumlah yang memadahi terbuka lebih lebar, sehingga jika hal ini terwujud maka ia mendukung perkembangan umat yaitu dengan terbentuknya generasi penerus yang telah disipakan lebih dini.



Setelah membaca, Anda cenderung ke mana? Menunda atau menyegerakan? Apa pun itu merupakan pilihan Anda. Yang jelas pilihan kedua adalah lebih menguntungkan. tunggu apalagi...
CEPAT LAKSANAKAN...!!!

[dambacinta.blogspot.com]


0 komentar:

Posting Komentar