Minggu, 15 Mei 2011

Karena Menikah Adalah Untuk Dunia dan Akhirat


Jika ada surga didunia, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia. Dan jika ada neraka di dunia, itulah rumah tangga yang penuh pertengkaran dan kecurigaan-kecurigaan yang menakutkan diantara suami dan istri. Menikah adalah salah satu naluri alami manusia. Jatuh cinta, mencintai, pasti ada dalam diri setiap manusia. Karena cinta adalah perhiasan yang Allah anugerahkan pada kita, untuk menentramkan hati, menghilangkan kegundahan, dan saling membagi rasa kasih dan sayang terhadap seseorang.

Ketika hati telah cenderung terhadap seseorang, waktu telah banyak tersita untuk memikirkannya, ruang hati terisi dengan harapan-harapan hidup bahagia dengannya, maka pernikahan adalah pelabuhan terindah. Pernikahan merupakan solusi manis untuk pemenuhan segala hasrat diri, juga sebagai jalan ibadah dalam rangka menyempurnakan ketakwaan kepada Allah swt.

Orang bilang,True love just ones in the life time. Sedang True Love hanya ada dalam pernikahan, maka pernikahan sebisanya haruslah hanya sekali dalam seumur hidup. Ketika kita mencintai seseorang, dan telah menikah dengannya, maka berjanjilah untuk terus mencintainya sampai saat dimana cinta telah musnah dari muka bumi ini. Berjanjilah untuk takkan pernah berubah mencintainya, dikala sempit, dan disaat lapang.

Oleh karena itu pernikahan harus dipersiapkan dengan matang. Dengan segala persiapan mental, ilmu, dan sikap dewasa. Karena Seseorang yang kau nikahi bukanlah wanita sempurna, tapi ia membutuhkanmu untuk menyempurnakan kekurangannya. Ia bukanlah wanita paling indah, maka ia membutuhkan pengertianmu untuk dapat menerimanya apa adanya. Ia juga bukanlah seseorang yang seperti malaikat, ia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan, maka ia membutuhkanmu untuk mengingatkannya disaat lengah, menyemangatinya dikala terpuruk, dan bersyukur disaat ia telah menjadi kebanggaanmu.


Dan kunci kebahagiaan seorang lelaki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatannya, dirimu dan hartamu, kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemana kamu pergi, dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Saat kau resah, ada pangkuan istri yang siap merengkuh dengan segenap perasaannya. Dan saat istrimu resah, kamu siap menampung airmata dalam dekapan hangat di dada, serta usapan tangan yang memberi ketentraman dan perlindungan.

Ini adalah gambaran Sakinah, mawaddah, dan rahmah yang hanya ada dalam pernikahan barakah. Semoga dalam hati kita muncul kerinduan yang menggelora tentang keluarga yang penuh barakah, keturunan yang penuh barakah, suami yang penuh barakah, istri yang penuh barakah, rumah yang penuh barakah, sampai hidup mati yang barakah. Karena bukankah ketika mencicipi sesendok nasipun kita diajari untuk mencari barakah? Semoga kelak Allah membayarkan kerinduan kita sehingga kita mendapati pernikahan dan rumah tangga yang penuh barakah. Allahuma amin.

Pernikahan yang barakah insya Allah melahirkan keutamaan, termasuk tumbuhnya kebiasaan baru yang baik. Shalat fardhu berjamaah, sunah dhuha bersama, qiyamullail bersama, mengkaji Islam bersama, saling bahu membahu dijalan dakwah, mendidik anak dengan islam, dan amalan ibadah lainnya yang bisa semakin menyempurnakan ketakwaan kepada Allah. Sungguh sebaik-baiknya istri adalah yang membantu suami dalam ketakwaannya, dan sebaik-baik suami adalah yang membantu istri dalam ketakwaanya.

Pernikahan adalah untuk dunia dan akhirat, maka didunia kita harus mendapatkan kebahagiaan dari indahnya kehidupan rumah tangga yang harmonis, yang didalamnya diisi dengan amal ibadah dan taqarub ilallah, sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan yang kekal, yakni kehidupan akhirat. Didalam pernikahan tidak hanya ada romantisme cinta dan kasih sayang saja. Tapi suatu saat kita bisa dihadapkan pada pertentangan, ketidak sepahaman, perbedaan pemikiran, dan bisikan-bisikan setan yang dapat mengguncang keharmonisan yang selama ini dibangun. Bisa saja nanti muncul perbedaan dalam pola pendidikan anak, perseteruan dengan mertua, ipar, atau tetangga, yang membutuhkan kebijakan suami dan istri, agar tetap mengedepankan keimanan kepada Allah daripada emosionalnya.

Allah telah menyebut ikatan pernikahan sebagai Mitsaqan Glaliza (perjanjian yang berat) yang dalam Al quran hanya diucapkan tiga kali, dua diantara adalah tentang tauhid. Saat mempelai pria menjabat tangan ayah mempelai wanita dan mengucapka ijab kabul, maka jatuhlah satu tangung jawab yang lebih berat daripada gunung Uhud. Ijab qabul bukanlah untuk mainan. Ijab qabul adalah urusan dunia dan akhirat.

Maka jangan sampai kita tergesa-gesa dalam pernikahan, juga jangan terlalu diperlambat, kerena jika diperlambat berarti kita menunda suatu kebaikan. Tapi hendaklah dipertimbangkan dengan matang, tentang kondisi calon istri dan keluarganya, segala kebaikan dan kekurangan mereka, kenalilah dengan menyeluruh agar tidak muncul kekecewaan dikemudian hari. Ketahuilah aktivtas calon istri, pekerjaannya, teman-temannya, hobinya, dan aktivitas-aktivitasnya yang lain. Diskusikan bagaimana cita-cita rumah tangga yang ingin dibangun bersama, harus bagaimana peran istri, akan tinggal dimana nanti setelah menikah, dan hal-hal prinsipil lainnya harus dibicarakan bersama, disepakati bersama, dan dipertimbangkan secara logis, tidak emosional hanya karena sedang dibuai asmara.

Sesungguhnya pernikahan itu tidak cukup hanya dibekali cinta semata. Karena cinta bisa berkurang, cinta bisa pudar. Tapi pernikahan harus diniatkan dengan niat baik dan jernih dalam rangka menyempurnakan ketakwaan, untuk menjaga kehormatan, dan menyambung kasih sayang karena Allah swt. Menikah adalah untuk dunia dan akhirat, maka janganlah gagal dalam memersiapkannya. Karena gagal memersiapkan, berarti kita memersiapkan kegagalan.[oleh: Santi Rahmawati]
Wallahualam bi ash shawab.

0 komentar:

Posting Komentar