“Ini tidak mungkin...!” hati nanda berontak saat membaca sms dari seseorang yang belum lama ia kenal, sms yang seketika membuat dia panas dingin dan menangis.
“ Saya ingin menjadikan ukhti yang kedua dalam kehidupan saya, saya berharap ukhti bersedia untuk menjadi istri kedua bigi saya (setyo)”. Kata-kata inilah yang seketika membuat tubuh nanda gemetar, sms dari seseorang yang baru beberapa waktu ia kenal,karena memang ada suatu urusan yang mengharuskan mereka bertemu, dan pertemuan itupun didampingi oleh istrinya.
“ ‘Afwan saya tidak bisa menerima apa yang menjadi harapan ustad terhadap saya” itulah kata yang mampu nanda ketik dan ia kirimkan kepada sang pengirim sms itu. Dia memanggil sang pengirim sms itu dengan sebutan ustadz karena memang itulah panggilan yang disematkan orang-orang kepadanya. Nanda bahkan baru tau nama orang yang dia panggil dengan sebutan ustadz tersebut, yang ternyata bernama Setyo.
“Saya akan menunggu ukhti...” itulah jawaban singkat sang ustad. Nanda semakin bingung dengan jawaban singkat tersebut.
“Apa maksud ustad..?”
“ Saya hanya berharap ukhti bersedia menjadi bagian dari hidup saya, silahkan istikharoh dulu, saya akan menunggu jawaban ukhti, Afwan.”
Nanda tidak menjawab sms tersebut, Nanda hanya ingin menangis, mengeluarkan kekesalannya,berbisik lirih didalam hati, kenapa ini terjadi pada dirinya. Menyesali mengapa harus ada pertemuan itu,seandainya saja pertemuan itu tidak pernah terjadi tentu tidak akan pernah ada kejadian seperti ini.
“ Ya Allah... mengapa harus hamba yang dipilih olehnya, tidak adakah akhwat lain yang menjadi pilihannya, akhwat yang setara dengan dirinya, akhwat yang cerdas dan yang jauh lebih sholehah dibanding saya” lirih untaian do’a Nanda saat menghadap Sang pemilik hati di sepertiga malam. “ Andai ia masih sendiri, tentulah dengan senang hati saya menerima apa yang menjadi harapannya untuk menjadikanku bagian dari hidupnya, tapi saat ini ia sudah punya yang lain, istrinya yang sangat saya hormati, yang lemah lembut dan cerdas. Ya Allah hamba yakin Engkaulah sebaik-baik penentu dalam kehidupan kami.”
“ Ukhti.. apakah gerangan yang membuat ukhti berat untuk menjadi yang kedua bagi saya..? saya memang tidak kaya dalam hal materi, tapi insyaAllah saya sanggup memuliakan ukhti, menjadi pendamping yang baik bagi ukhti, jika ukhti siap, saya akan datang ke orang tua anti bersama istri saya. Syukron”.
“ InsyaAllah saya siap, silahkan ustadz dan istri datang kerumah.syukron”. itulah jawaban singkat Nanda. Nanda sadar bahwa menjadi yang kedua bukanlah suatu hal yang hina karena Allah juga membolehkan poligami. Inilah saatnya membuktikan arti sabar dan ikhlas yang sesungguhnya.(catatan FB: Khamza Az-zahra)
“ Saya ingin menjadikan ukhti yang kedua dalam kehidupan saya, saya berharap ukhti bersedia untuk menjadi istri kedua bigi saya (setyo)”. Kata-kata inilah yang seketika membuat tubuh nanda gemetar, sms dari seseorang yang baru beberapa waktu ia kenal,karena memang ada suatu urusan yang mengharuskan mereka bertemu, dan pertemuan itupun didampingi oleh istrinya.
“ ‘Afwan saya tidak bisa menerima apa yang menjadi harapan ustad terhadap saya” itulah kata yang mampu nanda ketik dan ia kirimkan kepada sang pengirim sms itu. Dia memanggil sang pengirim sms itu dengan sebutan ustadz karena memang itulah panggilan yang disematkan orang-orang kepadanya. Nanda bahkan baru tau nama orang yang dia panggil dengan sebutan ustadz tersebut, yang ternyata bernama Setyo.
“Saya akan menunggu ukhti...” itulah jawaban singkat sang ustad. Nanda semakin bingung dengan jawaban singkat tersebut.
“Apa maksud ustad..?”
“ Saya hanya berharap ukhti bersedia menjadi bagian dari hidup saya, silahkan istikharoh dulu, saya akan menunggu jawaban ukhti, Afwan.”
Nanda tidak menjawab sms tersebut, Nanda hanya ingin menangis, mengeluarkan kekesalannya,berbisik lirih didalam hati, kenapa ini terjadi pada dirinya. Menyesali mengapa harus ada pertemuan itu,seandainya saja pertemuan itu tidak pernah terjadi tentu tidak akan pernah ada kejadian seperti ini.
“ Ya Allah... mengapa harus hamba yang dipilih olehnya, tidak adakah akhwat lain yang menjadi pilihannya, akhwat yang setara dengan dirinya, akhwat yang cerdas dan yang jauh lebih sholehah dibanding saya” lirih untaian do’a Nanda saat menghadap Sang pemilik hati di sepertiga malam. “ Andai ia masih sendiri, tentulah dengan senang hati saya menerima apa yang menjadi harapannya untuk menjadikanku bagian dari hidupnya, tapi saat ini ia sudah punya yang lain, istrinya yang sangat saya hormati, yang lemah lembut dan cerdas. Ya Allah hamba yakin Engkaulah sebaik-baik penentu dalam kehidupan kami.”
“ Ukhti.. apakah gerangan yang membuat ukhti berat untuk menjadi yang kedua bagi saya..? saya memang tidak kaya dalam hal materi, tapi insyaAllah saya sanggup memuliakan ukhti, menjadi pendamping yang baik bagi ukhti, jika ukhti siap, saya akan datang ke orang tua anti bersama istri saya. Syukron”.
“ InsyaAllah saya siap, silahkan ustadz dan istri datang kerumah.syukron”. itulah jawaban singkat Nanda. Nanda sadar bahwa menjadi yang kedua bukanlah suatu hal yang hina karena Allah juga membolehkan poligami. Inilah saatnya membuktikan arti sabar dan ikhlas yang sesungguhnya.(catatan FB: Khamza Az-zahra)
2 komentar:
wahhh... pak miau gak izin2 nih.. ^^
yang penting pengarangnya udah aku cantumin...:p
Posting Komentar